Ketika Mimpi Tak Lagi Sekedar Mimpi............Part 1

Diposting oleh yamiyummy | Kamis, Juni 23, 2011 | , | 0 komentar »

My Blog Reader tercinta.......

Bisa dibilang saya termasuk orang biasa yang punya segudang mimpi yang tidak biasa. Kadang kala malah impian saya sering ditertawakan oleh orang2 disekitar saya. Begini ceritanya...

Saya kebetulan terlahir dari keluarga yang tergolong elit alias ekonomi sulit :), sejak kecil saya dibesarkan dalam lingkungan kultur Betawi yang kental disebuah rumah yang tak berplafon, tak berlantai keramik dan harus rela berbagi dengan begitu banyak anggota keluarga lainnya. Sejak Ibu tercinta pergi untuk selamanya dan ayah meretas hidup baru bersama istri barunya otomatis saya sepenuhnya diasuh oleh Nenek, kakek, paman2, Bibi dan kakak2.

Sejak kecil hidup dalam kerja keras dan penuh tantangan adalah sahabat yang terpaksa kami akrabi. Disaat teman sebaya sedang asyik jajan dan jalan2 dengan orang tuanya saya dan kakak2 sudah harus berbagi tugas mencuci piring, menyapu, mencuci, menyetrika (untungnya lantai rumah kami bukan keramik jadi kami tak harus menambah pekerjaan dengan mengepel lantai) dan juga harus membantu nenek yang berjualan nasi uduk dan membantu paman yang berjualan es batu dan minuman ringan.

Hidup dalam kekurangan ternyata tak bisa membendung banyak impian dan cita2 saya untuk maju. Ketika banyak kawan sebaya mengikuti kursus Bahasa Inggris dilembaga2 Bahasa asing terkemuka saya hanya bisa gigit jari. Walau paman saya bisa membiayai tapi saya kadung tak enak hati kerap membebaninya dengan biaya sekolah dan ditambah dengan biaya kursus yang jumlahnya teramat mahal bagi kami pada waktu itu.

Tapi saya tidak terpuruk dengan keterbatasan ekonomi, my blog reader. Saya kemudian mengumpulkan kamus2 bahasa asing yang kebetulan saya temukan di rumah. Saya belajar sendiri dengan semangat dan tekad 2 kali lipat dari biasanya dan saya berikrar dalam hati saya harus bisa menjadikan kekurangan saya menjadi sebuah kelebihan bagaimanapun caranya....OTODIDAK, yup itulah cara yang kemudian sering saya pakai untuk mempelajari hal baru baik ketika mempersiapkan diri untuk tes UMPTN, belajar membuat kue, belajar korespondensi bisnis dalam bahasa asing, belajar marketing, belajar photoshop dll.

Saat duduk dibangku SMA saya juga mengikuti tren punya sahabat pena dari luar negeri (satu2nya tren yang bisa saya ikuti karena untuk mengikuti tren mode saat itu saya tak punya biaya :D). Berbekal kenekatan dan kemauan keras untuk bisa berbahasa Inggris dengan lebih baik sayapun menjalin persahabatan dengan beberapa teman dari berbagai negara. Seingat saya ada yang dari Jerman, Hungaria, Belgia, Filipina, Malaysia dan Kolombia. Tapi selaras dengan hukum seleksi alamnya Darwin, sahabat pena yang tetap bertahan tinggal satu saja yaitu sahabat pena saya dari Jerman, Julia Schaefer.

Impian saya untuk bisa berbahasa Inggris tanpa kursus akhirnya berhasil, dan saya bisa berbangga hati tatkala nilai ulangan Bahasa Inggris saya paling tinggi di kelas bahkan mengalahkan teman yang pernah ikut pertukaran pelajar ke luar negeri. Alhamdulillah mimpi pertama saya bisa terwujud...

My, blog reader....saya amat memahami keterbatasan keluarga kami dalam hal keuangan. Sekolah tinggi merupakan keputusan yang tak populer kala itu dalam keluarga. Tapi sejak kecil saya sudah mencanangkan tekad untuk menjadi orang pertama dalam keluarga kami yang bisa kuliah. Saya harus mengubah kehidupan saya menjadi lebih baik dan karena tahu dengan pasti saya bukan orang berada dan tak mungkin diwarisi kekayaan yang berlimpah maka saya bertekad mengangkat hidup saya dengan bersekolah tinggi supaya saya bisa memutus rantai keterpurukan keluarga kami. Tentunya banyak yang meragukan tekad saya dan tak sedikit pula yang menertawakan impian 'tak tahu diri' saya ini. Tapi semua itu justru menjadi cemeti yang melecut semangat saya lebih keras. Sayapun mulai berkenalan dengan yang namanya 'Dendam',tapi bukan dendam yang negatif lho melainkan sebentuk dendam positif yang kelak akan banyak saya temui dalam kehidupan saya selanjutnya dan terbukti ampuh melecut saya lebih maju.

Kemudian sepanjang masa sekolah saya habiskan untuk serius belajar, mempersembahkan rangking terbaik, menembus sulitnya UMPTN dan pada puncaknya mempersembahkan gelar sarjana yang pertama dalam keluarga kami. Sayapun meneruskan episode impian saya yang lain....