TDA Yang Mengubah Paradigma

Diposting oleh yamiyummy | Kamis, April 28, 2011 | | 0 komentar »


Saya mengenal TDA lebih dari 2 tahun yang lalu. Keisengan saya ber-blog walking telah membawa saya bersentuhan dengan sesuatu yang baru dalam hidup saya dan ternyata telah membawa perubahan yang teramat besar.

Tadinya saya menganggap TDA sama seperti milis-milis yang saya ikuti sebelumnya. Ternyata TDA bukan sekedar milis melainkan sebuah komunitas para pebisnis yang saling menebar rahmat antar sesama anggotanya. Tentunya selaras dengan namanya Tangan Di Atas maka kami juga berusaha menjadi pribadi2 yang selalu memberi karena sesuai ajaran agama yang saya pelajari sejak kecil yakni tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.

Di TDA saya mendapati kenyataan bahwa segala sesuatu yang tadinya saya anggap tak mungkin atau bahkan mustahil bisa menjadi kenyataan dengan berbekal do’a, kerja keras, memperbanyak silahturahmi dan berani bermimpi.

Tadinya saya bergabung dengan milis TDA Pusat, tetapi setelah TDA Bekasi terbentuk pada Bulan Mei 2009 dimana saya beruntung menjadi salah seorang saksi sejarah yang terlibat di dalamnya maka saya lebih banyak mengikuti kegiatan2 yang diadakan oleh TDA Bekasi dan salah satunya bergabung dengan kelompok Mastermind. Menjadi anggota TDA Bekasi merupakan suatu kesempatan yang Allah berikan pada saya untuk mengenal banyak orang2 hebat yang tak pernah pelit membagi ilmu, mengenal orang2 hebat yang tak pernah segan menyinsingkan lengan untuk saling membantu dan mengenal orang2 hebat yang sebelumnya hanya saya lihat lewat koran, tabloid, TV atau media lainnya. Kesemua orang hebat itu ternyata begitu ‘down to earth’. Mereka menjadi mulia dan hebat bukan karena kesombongan dan kesuksesan yang mereka gaung2kan tetapi lebih pada kesederhanaan dan mau berbagi dengan sesama dan berusaha memberi manfaat yang sebesar2nya bagi orang lain.

Sebetulnya saya malu ketika mesti bersanding dengan para orang hebat tersebut apalagi saya masih tergolong anak bawang dalam bisnis. Ketika itu saya baru merintis usaha kue dan furniture rotan sintetis saya. Saya sempat tidak pede dan grogi ketika harus ‘sharing’ tentang bisnis masing2. Tapi tentu saja bukan TDA namanya kalau tidak bisa mem’brain stroming’ para anggotanya. Saat saya masih bimbang dan ragu, saya mendapat satu petuah lagi dari salah seorang ‘dedengkot’ TDA yang kerap saya baca tulisan2 indah dan berbobotnya di blognya yang jadi salah satu blog favorit saya;

Anda tak perlu hebat untuk memulai, tapi harus memulai untuk jadi hebat – Eko June

Yup, sayapun memulai perjalanan panjang saya menapaki ‘roller coaster’ bisnis saya untuk menggapai mimpi saya sejak dulu, menjadi seorang entrepreneur.....yang hebat tentunya :D.

My blog reader, sembilan tahun yang lalu saya mulai serius bermimpi untuk memiliki usaha sendiri. Saya merasakan semangat yang membuncah kala membayangkan betapa saya bisa begitu merdeka dari pasungan jam kerja, bisa memiliki kebebasan dari keharusan mematuhi atasan karena ketika itu atasan saya melakukan hal yang tercela dalam bisnisnya dan saya terpaksa harus patuh dan ikut tercebur bersamanya dalam jurang kehinaan dan yang terpenting adalah saya bisa meraih kembali semua cita2 dan idealisme yang terampas oleh keadaan karena saya masih memiliki keterbatasan dalam wawasan dan pengetahuan. Saya terus mencari peluang untuk itu, my blog reader.

Perjuangan mewujudkan mimpi memang tak semudah membalikkan tangan namun bagi saya juga tak sesulit menangani kasus lumpur lapindo. Hanya saja saya belum tahu caranya pada waktu itu. I just don’t have the key........yet.

Ketika mengenal TDA keinginan lama saya untuk memiliki usaha sendiri kembali membuncah dan kali ini saya merasa ‘Now it’s time. Now or never!’.

Dulu saya selalu berfikir betapa sulitnya memulai sebuah usaha. Harus punya modal uang yang banyak, harus punya tempat jualan yang strategis, harus mengurusi segalanya sendiri supaya manajemennya terurus dengan baik. Ah berapa lama ya saya mesti menabung supaya punya modal uang yang cukup untuk membangun my own business.

Ketika saya belajar bisnis di TDA saya banyak mendapat pelajaran2 baru yang sangat menakjubkan. TDA telah merubah paradigma saya selama ini. Ternyata banyak teman2 TDA yang bisa memulai bisnis dengan modal yang sangat minim bahkan nyaris tanpa modal, bisa memiliki jaringan yang begitu luas, bisa bolak balik diliput media baik cetak maupun elektronik dan bahkan banyak teman2 yang saya lihat kerjanya hanya bersantai dan wara wiri kesana kemari tapi ternyata bisnisnya begitu menggurita. Wow, saya harus tahu caranya !!!

Sejujurnya saya katakan dengan support yang begitu besar dari teman2 TDA Bekasilah saya bisa PD mengembangkan 2 bisnis saya. Dan saya kemudian belajar selangkah demi selangkah membabat ilalang mimpi saya untuk menggapai cita2 dan membuatnya jadi nyata.

Kalau anda bertanya bagaimana mungkin bisa memulai sebuah usaha nyaris tanpa modal ? Saya sekarang berani bilang, tentu bisa. Bagaimana bisa usaha kalau tidak punya toko/warung/tempat usaha ? Saya bisa bilang, tentu bisa. Bagaimana kita bisa wara wiri diliput media massa, muncul di TV, ikut talkshow di radio, dan jadi seleb di internet padahal tak ada kenalan wartawan dan juga bukan artis. Saya juga bisa jawab, tentu bisa!

My blog reader, anda mau tahu rahasia yang saya pelajari dari sebuah komunitas luar biasa ini ? Aha jangan sekarang ya...Nanti anda pasti tahu dipostingan saya berikutnya. Masih pengen kan baca tulisan2 saya ? I hope so yaaaa...

My Family is My Inspirator

Diposting oleh yamiyummy | Rabu, April 20, 2011 | , | 0 komentar »

Dear My blog reader,

Bisnis bagi saya bukan hal baru. Setidaknya sejak kecil saya telah diajarkan dasar2 entrepreneurship dari lingkungan saya dibesarkan.

Nenek saya menyokong hidup keluarga dengan berdagang nasi uduk beserta lauknya dan kadang ia menjajakan pakaian door to door. Tentu pada waktu itu ia belum mengenal yang namanya bisnis on line atau promosi lewat web dan blog apalagi bersentuhan dengan facebook dan twitter.

Ya kadang (menurut ceritanya) di tengah perjalanan ia dihadang oleh 'begal' itu istilahnya untuk perampok. Dan bekal ia menghadapi semua itu hanyalah rasa berani (yang mungkin lebih terdorong oleh 'the power of kepepet') dan kemauan keras untuk membela diri.

The power of kepepet yang saya maksud tentunya karena desakan harus membantu mencari nafkah untuk membiayai hidup 7 anaknya dan sederet cucu2nya yang ikut menumpang hidup dengannya. Berat pastinya. Itulah sebabnya ia begitu berani memperdaya sang begal supaya dagangannya tidak dirampas dan ia bisa pulang dengan membawa uang untuk memberi makan kami semua.

Saya tak tahu apakah bakat berdagang bisa diwariskan atau tidak. Tapi yang pasti yang terlihat mewarisi kemampuan berdagang sang nenek adalah Paman saya, Romli.

Meski masih kecil tapi saya masih ingat bagaimana perjuangannya memulai usaha depot es dari nol sampai usahanya menggurita ke bidang yang lain. Saya bisa bilang ke anda semua bahwa saya berhasil menjadi seorang sarjana berkat kerja kerasnya membanting tulang dalam membiayai sekolah saya.

Saya selalu teringat kalimat ajaib yang kerap ia lontarkan ke saya : "Kalau jadi pegawai prinsipnya kerja dulu baru makan, tapi kalau jadi pengusaha prinsipnya makan dulu baru kerja". That's is ! Kalimat itu kerap melecut saya kala down sedang menyerang, kala saya sedih melihat tak ada orderan yang masuk padahal saya telah bekerja keras sepanjang waktu. Saya lalu bangkit dari keterpurukan karena setidaknya saya sekarang bukanlah seorang pegawai lagi tapi seorang pengusaha, seorang business owner. Dan menjadi seorang pengusaha adalah impian saya tiap saat dan waktu.

Saya memulai pelajaran bisnis saya sejak duduk di bangku SD. Ketika itu saya memulainya dengan berjualan kolak dan es buah. Waktu itu saya sekaligus memulai karir saya dalam dunia kuliner secara otodidak. Saya meracik sendiri kolak dan es buah buatan saya dan menjajakannya sendiri. Otomatis pekerjaan sebagai koki, quality control sampai ke bagian sales saya pegang sendiri. Tak ada yang mengajari saya soal manajemen bisnis, pembukuan apalagi strategi pemasaran. Semuanya hanya mengandalkan naluri dan juga kepasrahan akan rezeki saya dari Allah. Semuanya terlihat begitu sederhana dan terus terang saya menikmatinya. Saya tak sedih bila dagangannya saya tak laku karena toh saya bisa menghabiskannya sendiri atau membagikannya pada anggota keluarga yang lain. Sayapun tak perduli dengan bagaimana mempromosikan usaha saya karena sejujurnya saya sama sekali belum mengerti soal itu.

Selain berjualan kolak dan es buah saya juga pernah berjualan balon tiup, dan ketika mendekati lebaran saya biasanya berjualan kartu lebaran yang saya buat sendiri serta membantu berjualan kulit ketupat. Saya belajar menganyam kulit ketupat dari salah seorang paman dan menjadikannya mesin pencari uang bagi saya kala itu. Ternyata kelak dikemudian hari saya akan bergelut dengan proses anyam menganyam cuma kali ini medianya rotan sintetis (www.de-moris.com).

Selain berjualan produk sendiri saya juga kadang membantu mengantarkan pesanan es batu dan soft drink ke para pelanggan paman. Pernah suatu ketika saat saya sedang mendorong gerobak kecil berisi es dan soft drink ke salah satu pelanggan, saya berpapasan dengan beberapa teman laki2 saya dan kebetulan salah satunya ada yang sedang saya taksir (sorry my hubby, it was just such a kind of monkey's love :D). Duuh waktu itu ada sedikit perasaan grogi tapi selebihnya saya tidak perduli. Toh saya sadar, saya melakukannya karena saya harus membantu paman yang telah begitu baik hati membiayai sekolah saya. Saya sekaligus belajar satu hal yang menjadi landasan penting dalam berbisnis : jangan pernah malu pada apa yang sedang kita kerjakan (sepanjang itu hal yang positif), jangan pernah malu dan ragu menjalani suatu proses yang akan mengantarkan kita pada keberhasilan menggapai cita2.

Selain mengantar pesanan es batu saya juga sering membantu mengantarkan pesanan jamu buatan adik nenek yang kebetulan berbisnis jamu tradisional. Saya belajar soal delivery dan memaintenance pelanggan dalam kegiatan ini. Kenapa saya bilang begitu ? Karena saya belajar memperhitungkan waktu perjalanan saya sampai ke tujuan dengan teliti supaya pelanggan bisa menerima pesanan jamu dalam keadaan masih hangat dan kadang jadi sasaran 'complain' bila ada pelanggan yang tidak puas dengan jamu pesanannya. Terus terang saya beruntung bisa belajar itu semua dalam usia saya yang masih belia. Dan saya senang melakukannya karena saya melakukannya sambil bermain bersama sepupu saya yang biasanya naik ke atas gerobak kecil yang saya tarik atau kadang saya dorong (ah saya jadi ingat dengan gerobak kecil buatan salah seorang paman saya itu). Seusai melaksanakan kewajiban kami mengantar es atau jamu biasanya kami pulang sambil tertawa bersama dan saya akan mendorong gerobak dengan kencang sambil tertawa lepas....

Thomas Alva Edison, sang penemu hebat yang sukses karena sang Ibu

Diposting oleh yamiyummy | Jumat, April 15, 2011 | 0 komentar »

"Menurut Ibu saya, jika orang-orang yang salah jalan setelah dewasa telah mendapatkan pendidikan dan diasuh sebagaimana mestinya, mereka tidak akan menjadi parasit yang tidak berguna dalam masyarakat. Pengalaman yang telah dikumpulkannya sebagai seorang guru telah mengajarkan kepadanya banyak rahasia watak manusia. Sebelumnya saya selalu tak peduli, dan apabila bukan karena perhatian Ibu, kemungkinan besar saya telah menyeleweng dari jalan yang semestinya! Namun ketabahan Ibu dan kebaikannya, merupakan faktor kuat yang menghalangi saya dari penyelewengan dan kesesatan." - Thomas Alva Edison -

Siapa sangka sang penemu hebat (dan juga paling produktif) ternyata sukses berkat tangan dingin sang bunda yang merupakan 'the brightest spot' baginya. Seorang wanita yang percaya penuh padanya dikala banyak orang mencemooh dan menganggapnya sebagai 'anak yang bodoh dan tak berguna'. Saat itulah sang ibu muncul sebagai dewi penolong dan membantunya membuktikan pada dunia bahwa ia adalah 'something special'.

Sejarah telah banyak mencatat dengan tinta emasnya betapa peran seorang ibu begitu luar biasa bagi para anak-anak yang dilahirkan, dibesarkan dan dididik dengan penuh kasih sayang, kelembutan dan kesabaran. Begitu banyak ilmuan, politisi, filsuf besar dan tokoh-tokoh dunia yang menjadi besar berkat support yang besar dari sang Ibu.

Saya mungkin belum bisa disejajarkan dengan para ibu luar biasa tersebut. Namun, jujur saya katakan, saya selalu berusaha keras menjadi ibu yang luar biasa bagi keluarga saya.

Saya suka sekali memasak dan saya selalu berusaha menjadi koki yang paling hebat bagi suami dan kedua anak saya. Oh ya, sejujurnya saya belum pernah ikut kursus masak loh. Saya selalu meng-up date kemampuan masak saya lewat belajar tiada henti tiap hari. Saya gemar membaca dan banyak ilmu tentang memasak yang saya dapatkan dari koran, tabloid, TV dan internet. Semua saya lakukan agar saya dapat membahagiakan orang-orang yang saya cintai. Yup saya menyebutnya 'passion'.

Kenapa saya menyebut memasak sebagai passion saya ? Karena ketika saya berkutat di dapur (ini daerah teritorial mutlak milik saya :D) saya bisa mencurahkan seluruh waktu, tenaga, pikiran, dan kemampuan terbaik saya untuk menghasilkan makanan yang lezat dan berpenampilan menarik. Saya melakukannya dengan sepenuh hati dan penuh rasa gembira. Nah itulah passion.

Saya rasa Thomas Alva Edisonpun memiliki passion yang sangat besar dengan dunia keilmuannya sehingga mampu menghasilkan begitu banyak penemuan dan tercatat sebagai peneliti yang paling produktif. Ia bahkan menyatakan bahwa bakat hanya berperan 1 % saja dan selebihnya kerja keraslah yang paling menentukan keberhasilan kita.

Terus terang saya sangat menginginkan kedua anak saya menjadi anak2 yang berhasil dalam hidupnya kelak. Itulah sebabnya saya mendedikasikan hidup saya untuk mendidik mereka dan membekali mereka dengan ilmu yang saya miliki sebaik mungkin. Saya berharap kelak dikemudian hari saya bisa sebangga Ibu Thomas Alva Edison karena saya telah berhasil membantu anak2 saya menggapai bintang. Amiin....

Menjadi Ibu Rumah Tangga Profesional

Diposting oleh yamiyummy | Jumat, April 15, 2011 | , | 0 komentar »


Dear my blog reader,

Assalamu'alaikum Wr Wb. Sebagai sebuah perkenalan ringan, izinkanlah saya membuka sisi lain diri saya yang selama ini tersembunyi rapi di dasar hati saya yang paling dalam (lebaydotcom).

Nama saya Yami. Saya seorang Ibu Rumah Tangga Profesional. Kenapa saya menambahkan kata profesional ? Karena mungkin bagi sebagian besar wanita menjadi Ibu Rumah Tangga adalah sebuah kewajiban atau konsekuensi yang timbul karena sebuah pernikahan. Tapi tidak buat saya.

Bagi saya pribadi menjadi Ibu Rumah Tangga adalah sebuah profesi yang sangat mulia. Saya melakukan semua pekerjaan saya dengan jam kerja yang jelas, dengan job description yang jelas dan sistimatis serta saya juga mendapat insentif dari profesi saya ini.

Jam kerja saya adalah 24/7 atau 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Mungkin sekilas mirip iklan sebuah fastfood restaurant ya ??? Tapi profesi saya ini memang mengharuskan saya siaga sepanjang waktu dan harus selalu siap untuk melayani para customer saya kapanpun mereka membutuhkan jasa saya.

Saya punya sederet job descriptions :
1. Pagi-pagi sekali seusai sholat subuh saya harus menyiapkan sarapan untuk sang premium customer. Saya sebut ia premium customer karena ialah yang menggaji saya tiap bulan untuk pekerjaan saya ini. Ia adalah my beloved hubby. Selain menggaji saya dalam bentuk materi ia juga memberi saya reward atas prestasi saya dalam pekerjaan. Rewardnya bisa dalam bentuk mentraktir saya makan di luar, membelikan saya baju baru, membelikan saya LM dan perhiasan, membelikan saya makanan favorit saya, membelikan buku2 bagus untuk saya baca, memberikan saya senyum tertulusnya, memberikan saya cinta yang tak terbatas, memberikan saya support tiada henti baik dalam ups dan downs saya, memberikan saya pengertian dan kesempatan yang luas yang memberi saya begitu banyak oksigen bagi jiwa saya, memberikan saya wawasan baru dan memberi saya begitu banyak hal yang tak bisa saya tuliskan satu persatu di sini. Saya selalu punya satu ungkapan untuknya bila saya harus memberi deskripsi tentang peran sang suami dalam hidup saya; "I'm really meaningless without him".

Selain menjadi koki pribadinya, saya juga harus membantunya dalam hal pakaian, menjadi konsultan keuangannya, menjadi guru les dan mengaji bagi kedua anaknya, menjadi sekretaris pribadinya, menjadi mitranya dalam menentukan strategi investasi dan masa depannya, menjadi mitranya dalam menangani masalah domestik lainnya, menjadi tempatnya berbagi dalam berbagai hal dan menjadi navigatornya dalam mengarungi bahtera kehidupannya. Melihat begitu banyak dan berat tugas yang harus saya lakukan untuk sang premium customer ini tak heran kan kalau saya digaji mahal olehnya :D.

2. Selain bertanggung jawab atas sang premium customer sayapun punya 2 golden customer lagi yang tak kalah pentingnya. Sepasang anak lucu yang Insya Allah saya persiapkan untuk menjadi generasi muda islami yang akan menjadi kebanggaan orang tua, bangsa dan agamanya.

Selain tugas mengandung dan melahirkan yang telah saya jalankan, Saya juga punya 3 tugas utama untuk mereka; merawat, membesarkan dan mendidik mereka. Tugas terakhirlah yang bagi saya amat berat. Mendidik mereka untuk menjadi generasi penerus yang teguh aqidah Islamnya dan memiliki kepribadian Islami. Tiap kali usai sholat ada do'a khusus yang selalu saya panjatkan pada Allah agar saya diberikan kesabaran, kekuatan, keteguhan dan istiqomah dalam merawat, membesarkan dan mendidik anak2 yang telah diamanatkan Allah pada saya dan suami.

Tak hanya sang premium customer yang memberi saya insentif atas pekerjaan saya ini, para golden customerpun selalu memberi saya reward yang begitu luar biasa. Reward itu berupa senyum manis setiap kali mereka memandang saya, ungkapan cinta dan dekapan mesra mereka, ulah lucu dan kadang mengesalkan mereka, perhatian dan kasih yang deras dari mereka laksana hujan dan juga berbagai bentuk keterikatan mereka pada hati saya. Subhanallah......

Bekal saya menjadi Ibu Rumah Tangga Profesional adalah aqidah dan syariat Islam yang saya upayakan menyatu dalam jiwa saya dan menjadi standar satu-satunya baik dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Insya Allah kami semua akan selalu dalam ridho-Nya.....