My Family is My Inspirator

Diposting oleh yamiyummy | Rabu, April 20, 2011 | , | 0 komentar »

Dear My blog reader,

Bisnis bagi saya bukan hal baru. Setidaknya sejak kecil saya telah diajarkan dasar2 entrepreneurship dari lingkungan saya dibesarkan.

Nenek saya menyokong hidup keluarga dengan berdagang nasi uduk beserta lauknya dan kadang ia menjajakan pakaian door to door. Tentu pada waktu itu ia belum mengenal yang namanya bisnis on line atau promosi lewat web dan blog apalagi bersentuhan dengan facebook dan twitter.

Ya kadang (menurut ceritanya) di tengah perjalanan ia dihadang oleh 'begal' itu istilahnya untuk perampok. Dan bekal ia menghadapi semua itu hanyalah rasa berani (yang mungkin lebih terdorong oleh 'the power of kepepet') dan kemauan keras untuk membela diri.

The power of kepepet yang saya maksud tentunya karena desakan harus membantu mencari nafkah untuk membiayai hidup 7 anaknya dan sederet cucu2nya yang ikut menumpang hidup dengannya. Berat pastinya. Itulah sebabnya ia begitu berani memperdaya sang begal supaya dagangannya tidak dirampas dan ia bisa pulang dengan membawa uang untuk memberi makan kami semua.

Saya tak tahu apakah bakat berdagang bisa diwariskan atau tidak. Tapi yang pasti yang terlihat mewarisi kemampuan berdagang sang nenek adalah Paman saya, Romli.

Meski masih kecil tapi saya masih ingat bagaimana perjuangannya memulai usaha depot es dari nol sampai usahanya menggurita ke bidang yang lain. Saya bisa bilang ke anda semua bahwa saya berhasil menjadi seorang sarjana berkat kerja kerasnya membanting tulang dalam membiayai sekolah saya.

Saya selalu teringat kalimat ajaib yang kerap ia lontarkan ke saya : "Kalau jadi pegawai prinsipnya kerja dulu baru makan, tapi kalau jadi pengusaha prinsipnya makan dulu baru kerja". That's is ! Kalimat itu kerap melecut saya kala down sedang menyerang, kala saya sedih melihat tak ada orderan yang masuk padahal saya telah bekerja keras sepanjang waktu. Saya lalu bangkit dari keterpurukan karena setidaknya saya sekarang bukanlah seorang pegawai lagi tapi seorang pengusaha, seorang business owner. Dan menjadi seorang pengusaha adalah impian saya tiap saat dan waktu.

Saya memulai pelajaran bisnis saya sejak duduk di bangku SD. Ketika itu saya memulainya dengan berjualan kolak dan es buah. Waktu itu saya sekaligus memulai karir saya dalam dunia kuliner secara otodidak. Saya meracik sendiri kolak dan es buah buatan saya dan menjajakannya sendiri. Otomatis pekerjaan sebagai koki, quality control sampai ke bagian sales saya pegang sendiri. Tak ada yang mengajari saya soal manajemen bisnis, pembukuan apalagi strategi pemasaran. Semuanya hanya mengandalkan naluri dan juga kepasrahan akan rezeki saya dari Allah. Semuanya terlihat begitu sederhana dan terus terang saya menikmatinya. Saya tak sedih bila dagangannya saya tak laku karena toh saya bisa menghabiskannya sendiri atau membagikannya pada anggota keluarga yang lain. Sayapun tak perduli dengan bagaimana mempromosikan usaha saya karena sejujurnya saya sama sekali belum mengerti soal itu.

Selain berjualan kolak dan es buah saya juga pernah berjualan balon tiup, dan ketika mendekati lebaran saya biasanya berjualan kartu lebaran yang saya buat sendiri serta membantu berjualan kulit ketupat. Saya belajar menganyam kulit ketupat dari salah seorang paman dan menjadikannya mesin pencari uang bagi saya kala itu. Ternyata kelak dikemudian hari saya akan bergelut dengan proses anyam menganyam cuma kali ini medianya rotan sintetis (www.de-moris.com).

Selain berjualan produk sendiri saya juga kadang membantu mengantarkan pesanan es batu dan soft drink ke para pelanggan paman. Pernah suatu ketika saat saya sedang mendorong gerobak kecil berisi es dan soft drink ke salah satu pelanggan, saya berpapasan dengan beberapa teman laki2 saya dan kebetulan salah satunya ada yang sedang saya taksir (sorry my hubby, it was just such a kind of monkey's love :D). Duuh waktu itu ada sedikit perasaan grogi tapi selebihnya saya tidak perduli. Toh saya sadar, saya melakukannya karena saya harus membantu paman yang telah begitu baik hati membiayai sekolah saya. Saya sekaligus belajar satu hal yang menjadi landasan penting dalam berbisnis : jangan pernah malu pada apa yang sedang kita kerjakan (sepanjang itu hal yang positif), jangan pernah malu dan ragu menjalani suatu proses yang akan mengantarkan kita pada keberhasilan menggapai cita2.

Selain mengantar pesanan es batu saya juga sering membantu mengantarkan pesanan jamu buatan adik nenek yang kebetulan berbisnis jamu tradisional. Saya belajar soal delivery dan memaintenance pelanggan dalam kegiatan ini. Kenapa saya bilang begitu ? Karena saya belajar memperhitungkan waktu perjalanan saya sampai ke tujuan dengan teliti supaya pelanggan bisa menerima pesanan jamu dalam keadaan masih hangat dan kadang jadi sasaran 'complain' bila ada pelanggan yang tidak puas dengan jamu pesanannya. Terus terang saya beruntung bisa belajar itu semua dalam usia saya yang masih belia. Dan saya senang melakukannya karena saya melakukannya sambil bermain bersama sepupu saya yang biasanya naik ke atas gerobak kecil yang saya tarik atau kadang saya dorong (ah saya jadi ingat dengan gerobak kecil buatan salah seorang paman saya itu). Seusai melaksanakan kewajiban kami mengantar es atau jamu biasanya kami pulang sambil tertawa bersama dan saya akan mendorong gerobak dengan kencang sambil tertawa lepas....

0 komentar

Posting Komentar